Student Center Learning
Student
Center Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan peserta
didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidik dirubah menjadi
pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik menyesuaikan dengan
kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya (Triyono,
2011) .
Menurut
(Rosyda, 2015) proses belajar yang berpusat pada
mahasiswa akan terjadi ketika dosen dan mahasiswa sama-sama aktif belajar.
Dalam hal ini, para mahasiswa difasilitasi melakukan eksplorasi bahan-bahan
ajar dan mendiskusikan berbagai informasi yang didapat, sedangkan para dosen
aktif mendampingi mereka selama proses tersebut, termasuk mendorong mereka
melakukan proses pencarian, diskusi, dan penyimpulan atas hasil diskusi mereka.
Tuntutan dosen untuk tetap memegang peranan aktif dalam proses belajar
mahasiswa menjadi penegasan bahwa dalam SCL tidak otomatis dosen menjadi lebih
santai dan tidak banyak beraktifitas. Sebaliknya, dalam pendekatan SCL dosen
harus lebih aktif membaca dan belajar bersama para mahasiswa mereka. Dalam SCL,
hubungan antara dosen dan mahasiswa adalah hubungan antara senior learner
dengan junior learner.
Landasan
pemikiran dari SCL adalah teory belajar konstruktivis (Weswood Peter,2008:26).
Prinsip teori konstruktivis berasal dari tori belajar yang dikembangkan oleh
Jean Piaget (1983), Jerome Breuner (1961), dan John Dewey (1933), yaitu
memusatkan proses pembelajaran pada perubahan perilaku peserta didik itu
sendiri dan dialami langsung untuk membentuk konsep belajar dan memahami.
Selanjutnya, konsep pengalaman belajar dari segitiga Dale membuktikan bahwa
belajar mengalami sendiri pada kondisi nyata atau sebenarnya dan mengendalikan
proses belajarnya merupakan pemenuhan pengalaman belajar yang lebih baik
dibanding belajar dengan mengamati.
Menurut
Triyono (2011) Pendekatan metode SCL mempunyai ciri-ciri antara lain:
-
Peserta didik harus aktif terlibat dalam
proses belajar yang dipicu dari motivasi instrinsik
-
Topik, isu, atau subyek pembelajaran harus
menarik dan memicu motivasi instrinsik
-
Pengalaman belajar diperoleh melalui
suasana yang nyata atau sebenarnya dan relevan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan dan digunakan di tempat kerja.
-
Menurut (Ramdhani, 2014) Student Centered
Learning merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang memfasilitasi pembelajar
untuk terlibat dalam proses Experiential Learning (pengalaman belajar). Model
pembelajaran SCL pada saat ini diusulkan menjadi model pembelajaran yang
sebaiknya digunakan karena memiliki beberapa keunggulan:
-
Peserta didik dapat merasakan bahwa
pembela-jaran menjadi miliknya sendiri, karena diberi kesempatan yang luas
untuk berpartisipasi.
-
Peserta didik memiliki motivasi yang kuat
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
-
Tumbuhnya suasana demokratis dalam
pembelajaran, sehingga terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan
di antara siswa
-
Menambah wawasan pikiran dan pengetahuan
bagi guru karena sesuatu yang dialami dan disampaikan belum diketahui
sebelumnya oleh guru.
A.
MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
(SCL)
Berikut terdapat
beberapa model pembelajaran yang biasa digunakan untuk pembelajaran pendekatan
berpusat pada siswa, antara lain :
1.
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning)
Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama
proses pembelajaran.Sedangkan menurut
Sugiyanto (2010:37) mengemukakan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Beberapa variasi dalam
model pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut :
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa
mempelajari materi secara berkelompok. Dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (1995) menyatakan bahwa pada STAD siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut
tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan
kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim
telah menguasai pelajaran tersebut untuk berdiskusi.
2.
Jigsaw
Model
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu jenis pembelajaran
kooperatif dimana siswa membentuk kelompok yang bertanggungjawab dari materi
yang ditugaskan guru kemudian siswa mengajarkannya kepada anggota lain dalam
kelompoknya.
Dalam terapan tipe
jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok
belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks.
Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang
diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang sama
berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan
kelompok ahli.
3.
Think Pair Share
TPS atau berpikir
berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir. Think pair share memiliki
prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling
membantu satu sama lain (Ibrahim, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa
mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif.
Langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran tipe think pair share antara lain:\
1) Guru menyampaikan inti materi atau
komptensi yang ingin dicapai.
2) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi
atau permasalahan yang disampaikan guru.
3) Siswa diminta berpasangan dengan teman
sebelahnya (kelompok dua orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran
masing-masing.
4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap
kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5) Berawal dari kegiatan
tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum diungkap siswa.
6) Guru memberikan kesimpulan.
7) Penutup.
d. NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif
tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan
para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan
tiga langkah yaitu :
1) Pembentukan kelompok;
2) Diskusi masalah;
3) Tukar jawaban antar kelompok
4.
Model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Learning)
Pengertian
discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip
umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide Jerome Bruner ialah
pendapat dari piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu
Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana
murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
B.
PRINSIP – PRINSIP PEMBELAJARAN BERPUSAT
PADA SISWA
1.
Tanggung Jawab
Siswa
mempunyai tanggung jawab pada pelajarannya sehingga siswa diharapkan akan lebih
berusaha dan lebih termotivasi dalam memaknai pelajarannya.
2.
Peran Serta
Siswa
harus berperan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangkan potensinya
secara maksimal dan mendorong bertumbuhnya kreativitas dan inovasi.
3.
Keadilan
Semua
siswa mempunyai hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang dan diharapkan semua
siswa dapat bersama-sama berhasil mencapai tujuan secara maksimal.
4.
Mandiri
Semua
siswa harus mengembangkan segala kecerdasannya (intelektual, emosi, moral, dsb)
karena guru hanya fasilitator dan narasumber
5.
Berfikir Kritis Dan Kreatif
Siswa
harus menggunakan segala kecerdasan intelektual dan emosinya yang berwujud
kreativitas, inovasi, dan analisa untuk mengatasi berbagai tantangan.
6.
Komunikatif
Siswa
harus menggunakan kemampuannya berkomunikasi baik lisan maupun tertulis karena
boleh jadi siswa melihat konsep dengan cara yang berbeda sebagai hasil
pengalaman hidupnya, sehingga diperlukan media dan sarana yang efektif untuk
menyamakan presepsi.
7.
Kerjasama
Kondisi
dimana para peserta didik dapat saling bersinergi dan saling mendukung
pencapaian keberhasilan atau tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.
8.
Integritas
Siswa
harus menunjukkan perilaku moralitas tinggi, dan percaya diri dalam
melaksanakan segala sesuatu yang diyakininya dalam kegiatan belajarnya.
Daftar Pustaka
Ramdhani, A. (2014, 7 1). http://eprints.ums.ac.id/30865/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.
Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/30865/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Rosyda, D. (2015, 06 10). http://uinjkt.ac.id/id/student-centered-learning-2/.
Triyono, M. B. (2011, Juni). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/SCL-Poltek%20Bali-bruri.pdf.
Retrieved from http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/SCL-Poltek%20Bali-bruri.pdf
0 komentar:
Posting Komentar