Senin, 14 Maret 2016

Student Center Learning

Student Center Learning

Student Center Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidik dirubah menjadi pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik menyesuaikan dengan kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya (Triyono, 2011).
Menurut (Rosyda, 2015) proses belajar yang berpusat pada mahasiswa akan terjadi ketika dosen dan mahasiswa sama-sama aktif belajar. Dalam hal ini, para mahasiswa difasilitasi melakukan eksplorasi bahan-bahan ajar dan mendiskusikan berbagai informasi yang didapat, sedangkan para dosen aktif mendampingi mereka selama proses tersebut, termasuk mendorong mereka melakukan proses pencarian, diskusi, dan penyimpulan atas hasil diskusi mereka. Tuntutan dosen untuk tetap memegang peranan aktif dalam proses belajar mahasiswa menjadi penegasan bahwa dalam SCL tidak otomatis dosen menjadi lebih santai dan tidak banyak beraktifitas. Sebaliknya, dalam pendekatan SCL dosen harus lebih aktif membaca dan belajar bersama para mahasiswa mereka. Dalam SCL, hubungan antara dosen dan mahasiswa adalah hubungan antara senior learner dengan junior learner.
Landasan pemikiran dari SCL adalah teory belajar konstruktivis (Weswood Peter,2008:26). Prinsip teori konstruktivis berasal dari tori belajar yang dikembangkan oleh Jean Piaget (1983), Jerome Breuner (1961), dan John Dewey (1933), yaitu memusatkan proses pembelajaran pada perubahan perilaku peserta didik itu sendiri dan dialami langsung untuk membentuk konsep belajar dan memahami. Selanjutnya, konsep pengalaman belajar dari segitiga Dale membuktikan bahwa belajar mengalami sendiri pada kondisi nyata atau sebenarnya dan mengendalikan proses belajarnya merupakan pemenuhan pengalaman belajar yang lebih baik dibanding belajar dengan mengamati.
Menurut Triyono (2011) Pendekatan metode SCL mempunyai ciri-ciri antara lain:
-            Peserta didik harus aktif terlibat dalam proses belajar yang dipicu dari motivasi instrinsik
-            Topik, isu, atau subyek pembelajaran harus menarik dan memicu motivasi instrinsik
-            Pengalaman belajar diperoleh melalui suasana yang nyata atau sebenarnya dan relevan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dan digunakan di tempat kerja.
-
Menurut (Ramdhani, 2014) Student Centered Learning merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang memfasilitasi pembelajar untuk terlibat dalam proses Experiential Learning (pengalaman belajar). Model pembelajaran SCL pada saat ini diusulkan menjadi model pembelajaran yang sebaiknya digunakan karena memiliki beberapa keunggulan:
-            Peserta didik dapat merasakan bahwa pembela-jaran menjadi miliknya sendiri, karena diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi.
-            Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
-            Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran, sehingga terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara siswa
-            Menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru karena sesuatu yang dialami dan disampaikan belum diketahui sebelumnya oleh guru.

A.           MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA (SCL)
Berikut terdapat beberapa model pembelajaran yang biasa digunakan untuk pembelajaran pendekatan berpusat pada siswa, antara lain :
1.        Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses  pembelajaran.Sedangkan menurut Sugiyanto (2010:37) mengemukakan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Beberapa variasi dalam model pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut :
a.    Student Teams Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa mempelajari materi secara berkelompok. Dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (1995) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut untuk berdiskusi.
2.        Jigsaw
Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa membentuk kelompok yang bertanggungjawab dari materi yang ditugaskan guru kemudian siswa mengajarkannya kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli.
3.        Think Pair Share
TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir. Think pair share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih  banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling  bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe think pair share antara lain:\
1)    Guru menyampaikan inti materi atau komptensi yang ingin dicapai.
2)    Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
3)   Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok dua orang) dan
      mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4)     Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap siswa.
6)      Guru memberikan kesimpulan.
7)      Penutup.
d.      NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
1)      Pembentukan kelompok;
2)      Diskusi masalah;
3)      Tukar jawaban antar kelompok

4.        Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide Jerome Bruner ialah pendapat dari  piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

B.            PRINSIP – PRINSIP PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
1.        Tanggung Jawab
Siswa mempunyai tanggung jawab pada pelajarannya sehingga siswa diharapkan akan lebih berusaha dan lebih termotivasi dalam memaknai pelajarannya.
2.        Peran Serta
Siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangkan potensinya secara maksimal dan mendorong bertumbuhnya kreativitas dan inovasi.
3.        Keadilan
Semua siswa mempunyai hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang dan diharapkan semua siswa dapat bersama-sama berhasil mencapai tujuan secara maksimal. 
4.        Mandiri
Semua siswa harus mengembangkan segala kecerdasannya (intelektual, emosi, moral, dsb) karena guru hanya fasilitator dan narasumber
5.        Berfikir Kritis Dan Kreatif
Siswa harus menggunakan segala kecerdasan intelektual dan emosinya yang berwujud kreativitas, inovasi, dan analisa untuk mengatasi berbagai tantangan.
6.        Komunikatif
Siswa harus menggunakan kemampuannya berkomunikasi baik lisan maupun tertulis karena boleh jadi siswa melihat konsep dengan cara yang berbeda sebagai hasil pengalaman hidupnya, sehingga diperlukan media dan sarana yang efektif untuk menyamakan presepsi.
7.        Kerjasama
Kondisi dimana para peserta didik dapat saling bersinergi dan saling mendukung pencapaian keberhasilan atau tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.
8.        Integritas
Siswa harus menunjukkan perilaku moralitas tinggi, dan percaya diri dalam melaksanakan segala sesuatu yang diyakininya dalam kegiatan belajarnya.















Daftar Pustaka


Ramdhani, A. (2014, 7 1). http://eprints.ums.ac.id/30865/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/30865/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Rosyda, D. (2015, 06 10). http://uinjkt.ac.id/id/student-centered-learning-2/.
Triyono, M. B. (2011, Juni). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/SCL-Poltek%20Bali-bruri.pdf. Retrieved from http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/SCL-Poltek%20Bali-bruri.pdf



0 komentar:

Posting Komentar