*Tulisan
ini di tulis oleh Ardi Nuryadi Mahasiswa S-2 Pendidikan Matematika, UNY untuk
memenuhi tugas daya matematika dengan dosen Prof. Dr. Marsigit, M.A
Daya matematika didefinisikan oleh
NCTM (2000) sebagai kemampuan untuk mengeksplorasi, menduga, dan bernalar
secara logis; untuk memecahkan masalah non-rutin; untuk berkomunikasi mengenai
matematika dan melalui matematika; dan untuk menghubungkan ide-ide dalam
matematika dan antara matematika dan aktivitas lain di luar matematika. Daya
matematika dapat dilihat sebagai pendekatan pengajaran yang berguna untuk
mempersiapkan siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri, independen dan memiliki
kesadaran untuk belajar sepanjang hayat dalam lingkungan pendidikan (Yaap et
al., 2015). Dari hal tersebut terlihat bahwa daya matematika merupakan hal yang
kompleks yang perlu dikembangkan untuk peserta didik dan hal yang kompleks
tersebut tentunya dalam mengembangkan diperlukan strategi yang kompleks pula,
menurut kaur (2017) untuk mengembakan daya matematika dapat di tempuh melalui 4
cara yaitu (1) melalui konten matematika, (2) melalui proses kognitif dan afektif,
(3) melalui tugas matematika yang dirancang sedemikian rupa, (4) dengan mengembangkan
kompetensi abad ke-21.
Dalam
mengembangkan daya matematika melalui konten matematika penekanan lebih kepada
bahwa guru untuk mengajar matematika sekolah secara konseptual dan bermakna,
mereka harus mengembangkan pemahaman yang kuat tentang teorema matematika,
pemahaman tentang perluasan definisi matematika, dan pemahaman yang ketat
tentang definisi matematika. Sehingga untuk mmberdayakan siswa dalam belajar
matematika diperlukan pemahan yang mendalam yang dimiliki guru mengenai konsep
dasar dari objek-objek matematika seperti aljabar, geometri, bilangan dan lain
sebagainya.
Dalam
mengembangkan daya matematika melalui proses kognitif dan afektif yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana cara kerja memori siswa dalam mendapatkan sampai
menyimpan informasi, sehingga ketika guru memahami cara kerja memori siswa maka
guru akan dengan mudah untuk memberdayakan proses kognitif siswa. Selain itu
pemberdayaan proses kognitif juga dapat dilakukan melalui penggunaan multiple
representasi dalam pembelajaran untuk memberdayakan siswa melalui proses
kognitif dalam mengembangkan koneksi yang lebih fleksibel di antara berbagai
mode representasi. Selain itu mengembangkan metakognitif juga merupakan bagian
dari cara untuk mengmbangkan daya matematika melaui proses kognitif ataupun
afektif.
Tugas
matematika yang dapat mengembangkan daya matematika harus memiliki karakter
khusus seperti yang dirancang Wijaya (2017) dimana tugas matematika
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bentuk penugasan merupakan tugas yang
menekankan kepada kegiatan eksplorasi matematika, selain Toh (2017) juga
mendesain tugas matematika yang bertujuan untuk mengembangkan daya matematika
dimana tugas tersebut merupakan tugas pemecahan masalah, selain itu ciri-ciri tugas-tugas
lain yang dapat memberdayakan siswa seperti open-ended task, real-world task,
modelling task dan lain sebagainya dimana tugas-tugas tersebut menuntut untuk
berpikir tingkat tinggi.
Yang
terakhir adalah mengembangkan daya matematika dengan mengembangkan kompetensi
abad ke-21, Sekolah-sekolah di singapura kerangka kerja untuk kompetensi abad
21 bertujuan untuk mengembangkan anak muda menjadi orang yang percaya diri,
pembelajar mandiri, kontributor yang aktif serta warga negara yang peduli. Sehingga
dengan tujuan tersebut dalam belajar matematika lebih di tekankan untuk
mengembangkan kepercayaan diri yang dapat di lakukan dengan motivasi,
pembelajar mandiri yang dapat di lakukan melalui proses adaptasi dengan
rancangan model pembelajaran yang mengarah kepada hal tersebut, pembelajar yang
aktif serta sebagai warga negara yang peduli dapat dikembangkan melalui
pembelajaran yang berbasis penemuan sehingga siswa secara aktif membangun
pengetahuan dan dalam membangun pengetahuan dimungkinkan untuk bekerja sama
sehingga tercipta suasana yang aktif. Dari beberapa hal tersebut untuk
mengembangkan kompetensi abad ke 21 diperlukan strategi pembelajaran yang
inovatif yang memacu kerjasama tetapi juga menjamin kemandirian belajar siswa.
Dari beberapa hal tersebut terlihat
bahwa dalam mengembangkan daya matematika begitu kompleks. Dimana dibutuhkan
penguasaan yang mendalam mengenai konten matematika, dibutuhkan desain pembelajaran
yang mampu memacu proses kognitif maupun afektif, dibutuhkan strategi yang
inovatif dalam menyampaikan pembelajaran matematika serta perlu mempertimbangkan
tuntutan perubahan zaman mengenai kompetensi yang perlu dikembangkan.
Referensi :
Kaur, B., & Lee,
N. H. (2017). Empowering mathematics learners. In Empowering Mathematics Learners:
Yearbook 2017 Association of Mathematics Educators (pp. 1-8).
NCTM. (2000). Principles and Evaluation Standards for School
Mathematics. Reston,
VA: NCTM.
TOH, T. L. (2017).
Mathematical Problem Solving: An Approach to Empowering Students in the
Mathematics Classroom. In Empowering Mathematics Learners: Yearbook 2017 Association of Mathematics
Educators (pp. 183-201).
Wijaya, A. (2017). Empowering Mathematics Learners through Exploratory
Tasks. In Empowering Mathematics
Learners: Yearbook 2017 Association of Mathematics Educators (pp. 203-218).
0 komentar:
Posting Komentar