Senin, 02 Maret 2020

Daya Matematika dalam sudut pandang buku “Empowering Mathematics Lerners”


*Tulisan ini di tulis oleh Ardi Nuryadi Mahasiswa S-2 Pendidikan Matematika, UNY untuk memenuhi tugas daya matematika dengan dosen Prof. Dr. Marsigit, M.A

            Daya matematika didefinisikan oleh NCTM (2000) sebagai kemampuan untuk mengeksplorasi, menduga, dan bernalar secara logis; untuk memecahkan masalah non-rutin; untuk berkomunikasi mengenai matematika dan melalui matematika; dan untuk menghubungkan ide-ide dalam matematika dan antara matematika dan aktivitas lain di luar matematika. Daya matematika dapat dilihat sebagai pendekatan pengajaran yang berguna untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri, independen dan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat dalam lingkungan pendidikan (Yaap et al., 2015). Dari hal tersebut terlihat bahwa daya matematika merupakan hal yang kompleks yang perlu dikembangkan untuk peserta didik dan hal yang kompleks tersebut tentunya dalam mengembangkan diperlukan strategi yang kompleks pula, menurut kaur (2017) untuk mengembakan daya matematika dapat di tempuh melalui 4 cara yaitu (1) melalui konten matematika, (2) melalui proses kognitif dan afektif, (3) melalui tugas matematika yang dirancang sedemikian rupa, (4) dengan mengembangkan kompetensi abad ke-21.
Dalam mengembangkan daya matematika melalui konten matematika penekanan lebih kepada bahwa guru untuk mengajar matematika sekolah secara konseptual dan bermakna, mereka harus mengembangkan pemahaman yang kuat tentang teorema matematika, pemahaman tentang perluasan definisi matematika, dan pemahaman yang ketat tentang definisi matematika. Sehingga untuk mmberdayakan siswa dalam belajar matematika diperlukan pemahan yang mendalam yang dimiliki guru mengenai konsep dasar dari objek-objek matematika seperti aljabar, geometri, bilangan dan lain sebagainya.
Dalam mengembangkan daya matematika melalui proses kognitif dan afektif yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara kerja memori siswa dalam mendapatkan sampai menyimpan informasi, sehingga ketika guru memahami cara kerja memori siswa maka guru akan dengan mudah untuk memberdayakan proses kognitif siswa. Selain itu pemberdayaan proses kognitif juga dapat dilakukan melalui penggunaan multiple representasi dalam pembelajaran untuk memberdayakan siswa melalui proses kognitif dalam mengembangkan koneksi yang lebih fleksibel di antara berbagai mode representasi. Selain itu mengembangkan metakognitif juga merupakan bagian dari cara untuk mengmbangkan daya matematika melaui proses kognitif ataupun afektif.
Tugas matematika yang dapat mengembangkan daya matematika harus memiliki karakter khusus seperti yang dirancang Wijaya (2017) dimana tugas matematika dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bentuk penugasan merupakan tugas yang menekankan kepada kegiatan eksplorasi matematika, selain Toh (2017) juga mendesain tugas matematika yang bertujuan untuk mengembangkan daya matematika dimana tugas tersebut merupakan tugas pemecahan masalah, selain itu ciri-ciri tugas-tugas lain yang dapat memberdayakan siswa seperti open-ended task, real-world task, modelling task dan lain sebagainya dimana tugas-tugas tersebut menuntut untuk berpikir tingkat tinggi.
Yang terakhir adalah mengembangkan daya matematika dengan mengembangkan kompetensi abad ke-21, Sekolah-sekolah di singapura kerangka kerja untuk kompetensi abad 21 bertujuan untuk mengembangkan anak muda menjadi orang yang percaya diri, pembelajar mandiri, kontributor yang aktif serta warga negara yang peduli. Sehingga dengan tujuan tersebut dalam belajar matematika lebih di tekankan untuk mengembangkan kepercayaan diri yang dapat di lakukan dengan motivasi, pembelajar mandiri yang dapat di lakukan melalui proses adaptasi dengan rancangan model pembelajaran yang mengarah kepada hal tersebut, pembelajar yang aktif serta sebagai warga negara yang peduli dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang berbasis penemuan sehingga siswa secara aktif membangun pengetahuan dan dalam membangun pengetahuan dimungkinkan untuk bekerja sama sehingga tercipta suasana yang aktif. Dari beberapa hal tersebut untuk mengembangkan kompetensi abad ke 21 diperlukan strategi pembelajaran yang inovatif yang memacu kerjasama tetapi juga menjamin kemandirian belajar siswa.
            Dari beberapa hal tersebut terlihat bahwa dalam mengembangkan daya matematika begitu kompleks. Dimana dibutuhkan penguasaan yang mendalam mengenai konten matematika, dibutuhkan desain pembelajaran yang mampu memacu proses kognitif maupun afektif, dibutuhkan strategi yang inovatif dalam menyampaikan pembelajaran matematika serta perlu mempertimbangkan tuntutan perubahan zaman mengenai kompetensi yang perlu dikembangkan.

Referensi :
Kaur, B., & Lee, N. H. (2017). Empowering mathematics learners. In Empowering Mathematics Learners: Yearbook 2017 Association of Mathematics Educators (pp. 1-8).
NCTM. (2000). Principles and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston,
VA: NCTM.
TOH, T. L. (2017). Mathematical Problem Solving: An Approach to Empowering Students in the Mathematics Classroom. In Empowering Mathematics Learners: Yearbook 2017 Association of Mathematics Educators (pp. 183-201).
Wijaya, A. (2017). Empowering Mathematics Learners through Exploratory Tasks. In Empowering Mathematics Learners: Yearbook 2017 Association of Mathematics Educators (pp. 203-218).

0 komentar:

Posting Komentar